Riwayat Kegagalan Mengikuti Seleksi P3D

Riwayat Kegagalan Mengikuti Seleksi P3D

Riwayat Kegagalan Mengikuti Seleksi P3D – Bukan begitu cara dunia ini bekerja! Bagaimana? Bahwa adakalanya dunia ini bekerja tidak sesuai dengan keinginan mu. Kamu tak bisa selalu mendapat apa yang kamu inginkan, kamu tak bisa selalu menjadi apa yang kamu mau!

Bahwa dalam hidup, kita harus siap bahwa hidup ini tidak sama dengan apa yang kamu inginkan, tidak sama dengan apa yang kamu pikirkan, bahkan hidup ini bisa saja berlaku sebagaimana yang kamu benci.

Read More

Apakah kamu sudah memahaminya? Belum, ah anggap saja sudah lah. Jika sudah, maka sebelum aku mulai menceritakan kisah ini, alangkah baiknya siapkan terlebih dahulu segelas kopi dan sebungkus rokok agar aku merasa lebih bersemangat untuk menceritakannya.

Jadi begini…. Kisah bermula pada suatu malam di sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadhan. Aku dan beberapa orang teman sedang melakukan rutinitas malam seperti pada umumnya orang melek wengi, ngobrol ngalor-ngidul sambil meminum kopi dan membakar tembakau.

“Proses seleksi P3D saat ini masih berjalan di tahap pendaftaran,” kata Tarno usai menyeruput kopi yang hanya tinggal tetes terakhir itu.

Setiap orang di situ seolah sudah mafhum, kalau Tarno memang memiliki kebiasaan seperti itu. Tak pernah mau menyisakan sedikitpun kopi yang diminum tersisa, mungkin jika gedoh nya bisa diminum pun, ia akan minum. Kebiasaan itu pun diam-diam sebenarnya juga berlaku pada kami, tapi kami tak mau mengakuinya di sini.

“Daftar ah….” jawab ku dengan santai. Rokok di tangan kembali ku hisap dengan pelan.  Asap putih mengepul, bercampur dengan angin malam yang dingin, gelap penuh misteri.

Riwayat Kegagalan Mengikuti Seleksi P3D

Senin pagi, 25 Mei 2022. Sambil menahan rasa kantuk, aku melangkah menuju balai desa untuk mengambil formulir pendaftaran P3D. Di sekretariat pendaftaran aku dikasih tahu panitia jika waktu pendaftaran hanya sampai tanggal 29 Mei 2020 jam 11.15 WIB.

Baiklah, 4 hari lagi. Jika dalam kurun waktu tersebut aku selesai mengurus berkas persyaratan maka aku jadi mendaftar, jika tidak selesai ya sudah tak jadi mendaftar. Sudah, itu saja.

Singkat cerita, aku menyerahkan berkas pendaftaran pada hari terakhir pendaftaran dan di menit-menit akhir pendaftaran. Jumat, 29 Mei 2020 waktu menunjukkan pukul 11.03 WIB berkas pendaftaran diterima oleh petugas pendaftaran. Setelah itu, aku pun pulang, melanjutkan tidur panjang menunggu matahari terbenam dan azan magrib berkumandang.

Pasca lebaran, aku kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Membaca, menulis, makan, tidur dan dolan. Aku seperti lupa jika aku sedang mengikuti proses P3D, karena hampir aku tak pernah memikirkannya lagi. Hingga pada suatu waktu aku mendapat undangan via Whastapp dari panitia yang isinya untuk hadir dalam rapat pleno penatapan bakal calon peserta P3D di balai desa. Aku baru teringat, ternyata sedang mengikuti proses P3D.

Aku pun berangkat mengikuti rapat pada Jumat malam itu. Hujan masih mengguyur dengan deras dan aku melangkah dengan sedikit rasa malas. Hanya sedikit kok, tenang saja. Tolong jangan dikasih tahu siapa-siapa tentang rasa malas itu, dan aku hanya memberitahukan itu kepada mu saja kali ini. Oh iya, rapat dihadiri oleh para bakal calon, anggota BPD, kepala desa dan panitia P3D dan perwakilan dari Kecamatan.

Slang beberapa hari kemudian, rapat bersama kembali digelar dengan peserta yang sama seperti pada rapat yang pertama namun dengan agenda yang berada yakni penetapan calon yang berkah mengikuti ujian P3D.

6 Calon yang telah mendaftar dinyatakan berhak mengikuti ujian P3D yang akan digelar pada 12 Juni 2022 di SMK Ma’arif NU 1 Ajibarang. Namun seminggu sebelum hari H ujian dilaksanakan, terlebih dahulu akan dilakukan pembekalan dan simulasi ujian, agar peserta ujian tidak ngragap pada saat pelaksanaan ujian yang dilakukan full dengan komputer itu.

Saat pembekalan dan simulasi aku bertemu dengan Ahmad Sobari, ia juga sedang mengikuti proses yang sama dengan ku di tempat tinggalnya. Bertemu dengan Nanung, sapaan akrab Ahmad Sobari membuat ku seolah menjadi semakin (tidak) serius menjalani proses ini, karena aku tahu dan Nanung pun pasti tahu jika kita sudah bertemu, maka tidak ada kata lain selain glewehan. Dan benar saja, dari awal proses pembekalan hingga akhir kami berdua hanya glewehan tok isine. 

Aku sengaja tidak akan menjelaskan lebih detail kalimat glewehan di atas. Karena aku merasa khawatir jika aku menjelaskannya lebih detail lagi, kamu akan merasa harus sepakat dengan penjelasan ku, padahal aku di sini hanya sedang bercerita, bukan sedang memaksakan pendapat. Jadi aku akan membebaskan mu untuk menafsirkan kalimat itu. Setuju.

Oke, aku akan melanjutkan kisah ini. Tapi ngomong-ngomong rokok ku tinggal satu batang dan gelas kopi ku juga sudah kosong, jika kamu berkenan pesankan segelas kopi lagi untuk ku, jangan lupa rokoknya sekalian. Karena ini merupakan bagian yang sangat penting sekaligus menjadi akhir dari kisah ini.

Seminggu sebelum pelaksanaan ujian aku tetap melakukan aktivitas seperti biasa, santai dan slow bae lah. Karena aku berpikir mengikuti ujian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Pokoknya normatif saja, membaca kisi-kisi yang telah diberikan dan berdoa sebisanya saja, itu pun jika sedang tidak lupa. Kalau lupa, ya sudah lah.

Dan hari yang ditunggu-tunggu itu pun akhirnya tiba, hari di mana semua pertanyaan akan mendapatkan jawaban, benar atau salah bagi ku sudah itu tak penting lagi, yang terpenting aku sudah mengikuti semua proses ini dengan baik dan hasil dari semua proses itu adalah : Aku Gagal! Titik.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 comments