Sekali bernyanyi, sesudah itu mati. Gubahan puisi dari penyair Chairil Anwar itu barangkali tepat jika kita sematkan kepada almarhumah Nike Ardilla. Penyanyi wanita Indonesia era 90-an, pelantun tembang Seberkas Sinar itu meninggal tak kala ketika ia baru saja memulai karirnya sebagai seorang penyanyi.
Tepat hari ini, 19 Maret 1995. Tepat hari ini 28 tahun yang lalu, ia meninggal dalam sebuah insiden kecelakaan mau di Jalan RE Martadinata atau Jalan Riau, Bandung. Mobil yang ditumpanginya menabrak pohon beringin dan beton bak sampah, saat akan menyalip demi menghindari Daihatsu Taft yang melaju kencang dari arah berlawanan.
Banyak orang yang tak menyangka dan tak percaya, namun semua harus ikhlas untuk menerimanya. Kecelakaan maut pagi hari itu pada akhirnya harus merenggut nyawa sang idola, Nike Ardilla dalam usia yang belum genap 20 tahun. Sebuah usia yang masih sangat belia, bagai seorang selebritas yang sedang mendulang popularitas.
Nike Ardilla merupakan salah satu sosok penyanyi wanita Indonesia yang sangat fenomenal, ia mendapat julukan dari para penggemarnya sebagai Lady Rocker Indonesia, berkat nada suaranya yang khas dan mudah diingat oleh masyarakat. Nike lahir dengan nama Raden Rara Nike Ratnadilla Kusnadi di Kota Kembang Bandung 27 Desember 1975.
Sejak masih kecil, perempuan yang lahir dari pasangan R Eddy Kusnadi dan Nining Ningsihrat itu telah menunjukan ketertarikannya dalam dunia olah vokal. Sejak usianya baru menginjak lima tahun, Nike kecil sudah sering tampil menyanyi dan aktif dalam kegiatan seni lainnya seperti menari tarian daerah.
Tekadnya untuk serius terjun dalam dunia panggung tarik suara ia bulatkan ketika usianya beranjak 10 tahun. Saat itu ia berhasil menjuarai lomba menyanyi di TVRI dan Juara Festival Pop Singer tingkat kota Bandung pada tahun 1985. Sejak saat itu, Nike menjadi semakin aktif menyanyi dalam berbagai acara, bahkan mewakili kota Bandung dalam Festival Pop Singer Nasional.
Baca Juga : Kisah-kisah Serius Dari Hutan Pinus Limpakuwus
Nike Ardilla, Seberkas Sinar yang Terus Menyala
Setelah melanglang buana dari panggung ke panggung dan festival ke festival, 1986 Nike merilis lagu pertamanya berjudul Lupa Diri. Lagu itu kemudian masuk dalam album kompilasi Bandung Rock Power 1987. Baru pada Oktober 1989, Nike Ardilla merilis album perdananya yang bertajuk Seberkas Sinar, diporduseri Q Records Dedy Dores.
Sejak rilisnya album perdana Seberkas Sinar itu, nama Nike Ardilla pun kian melejit. Album yang berisi 12 nomor lagu itu tercatat terjual sebanyak 500 ribu kopi. Merupakan angka yang cukup fantastis untuk sekelas album musisi solo dan artis pendatang baru kala itu, bahkan diusia yang sangat muda 14 tahun.
Sesudah itu, hampir setiap setahun sekali, Nike Ardilla mulai rutin merilis album terbarunya seperti album Bintang Kehidupan dan Nyala Api yang rilis 1990, kemudian album Matahariku tahun 1991, album Biarlah Aku Mengalah tahun 1992. Selanjutnya album Biarlah Cinta Berlalu dan Duri Terlindung tahun 1994 serta album Suara Hatuku, Sandiwara Cinta dan Mama Aku Ingin Pulang tahun 1995.
Praktis album Mama Aku Ingin Pulang yang rilis tahun 1995 menjadi album terakhir Nike Ardilla, sebelum pada akhirnya ia benar-benar pulang kepada Nya. Meski karirnya terbilang cukup singkat dari tahun 1988 -1996 atau hanya sekitar 6 tahun saja, namun waktu yang singkat itu berhasil menjadikanya sebagai sosok artis yang legendaris.
Bagi generasi yang lahir dekade 2000-an, barangkali sudah tak kenal dengan nama Nike Ardilla. Namun bagi generasi yang saat ini sudah memasuki kepala 3, 4, 5 dan 6 Nike Ardilla adalah sosok yang sulit tergantikan, suaranya yang khas dan parasnya yang menawan, layak untuk terus dikenang.
Terlepas dari karirnya yang begitu singkat itu, mengukir kenangan manis di hati para penggemarnya. Meski Nike Ardilla telah pulang, tepat hari ini 28 tahun silam, namun sinar suaranya akan tepat terus menyala, persis seperti lagunya :
Seberkas cahaya terang
Menyinari hidupku Sesejuk embun-embun di pagi hari Dambaan insan di dunia ini