Bermalam di Hutan Pinus Limpakuwus
Rintik hujan menyambut kedatangan kami, tepat ketika kami sampai di depan pintu gerbang obyek wisata alam Hutan Pinus Limpakuwus Baturaden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Sambutan yang sebenarnya tak kami harapkan itu kian waktu kian deras. Tetesan airnya terus bergemuruh dan riuh, jatuh dengan keras diantara celah-celah pepohonan pinus.
Membuat suasana hutan pinus yang letaknya ada di bawah lereng Gunung Slamet itu pun menjadi semakin dingin. Sesekali suara guntur menggelegar, memecah derasnya hujan yang entah kapan reda.
Hujan yang tak kunjung reda itu lama-lama membuat niat kami mulai menciut. Keinginan bermalam di hutan pinus Limpakuwus lambat laun juga mulai pupus.
“Jika hujan tak reda, kemping terpaksa ditunda. Kita pulang saja, ” Tegas Pria yang lebih tepatnya kami sebut sebagai kepala rombongan kemping amatiran.
Harapan dapat menikmati suasana malam di tengah hutan, seperti para pendaki gunung sungguhan sepertinya akan sirna. Bayangan tentang tenda, api unggun dan sunrise pagi yang indah tak lagi muncul di kepala.
Semuanya seperti telah hanyut terbawa derasnya air hujan. Tidak ada lagi bintang-bintang malam yang bisa dipandang. Yang ada di kepala hanya lah satu pertanyaan, Tuhan kapan hujan akan reda?
Malam kian larut, hujan tak juga surut. Suara jangkrik bersahutan dengan burung jembluk. Seperti mengejek kami yang sepertinya akan gagal merasakan kemping perdana di hutan pinus Limpakuwus.
Waktu menunjukkan hampir larut malam, kami yang berteduh di samping ruang loket mulai gelisah. Ku lihat, jam dingin yang terpasang di dinding ruangan loket tepat menunjukkan angka 22.00 WIB.
Kegelisahan yang menyelimuti kami perlahan mulai pudar, saat melihat hujan tampak mulai reda. Namun kegelisahan itu belum sepenuhnya sirna, jika hujan belum bener-bener sepenuhnya berhenti.
“Kita tunggu sebentar lagi, sepertinya hujan sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berhenti,” kata pemimpin regu kemping amatiran kami.
Baca Juga : Berwisata Sambil Membaca di Hutan Pinus Sawangan Ajibarang
Kami semua pun mengangguk, menandakan bahwa kami sepakat dengan pendapatnya. Karena dari sejumlah orang yang ikut dalam kemping malam itu, hanya dialah satu-satunya orang yang sudah memiliki jam terbang tinggi soal tidur di hutan.
Sehingga soal keilmuan berkemahnya sudah tak perlu diragukan lagi. Dibandingkan dengan saya yang baru pertama kalinya akan mencoba menikmati malam dengan tidur di bawah naungan tenda kemping pramuka.
Dan benar saja, tepat jam 22 lewat 22 menit hujan deras yang membuat kami gelisah setelah sadar itu reda. Seketika bayangan tentang api unggun, bintang-bintang malam dan sunrise pagi hadir kembali di pikiran kami.
Dari kejauhan, tampak bayangan penjaga wisata sedang berjalan menghampiri kami. Setelah menanyakan jadi tidaknya kemping kami, ia lalu menyuruh kami semua untuk melakukan registrasi.
Setelah registrasi dan membayar sesuai dengan tarif yang telah ditentukan. Kami kemudian diantar menuju tempat di mana kami akan mendirikan tenda dan bermalam di Hutan Pinus Limpakuwus.
Hawa dingin sisa-sisa hujan masih terasa menyengat di kulit, menyertai langkah kami menembus gelapnya malam di hutan yang masuk dalam wilayah KPH Banyumas timur itu.
“Jika nanti ada keperluan apa-apa. Silahkan hubungi kami di koperasi Hutan Pinus Limpakuwus,” kata petugas tempat wisata kepada kami yang langsung dijawab dengan kata “Siap,” oleh pimpinan kemping amatir kami.
Setelah petugas itu pergi, kami pun langsung bergegas mendirikan tenda. Tak sampai satu menit, tenda kemping kami sudah berdiri. Tikar digelar, kompor dinyalakan dan kopi pun disajikan.
Sembari duduk setengah melingkar, saling memandang satu sama lain. Kami lalu tertawa dengan cukup lebar, menertawakan diri kami sendiri, nasib kami yang hampir saja gagal melakukan kemping perdana.
Sambil menikmati cahaya kerlap kerlip lampu malam Kota Purwokerto Banyumas dari atas ketinggian. Di bawah langit malam yang tak begitu indah itu, kami ngobrol ngalor-ngidul tak berkesudahan.
Hingga tak sadar, waktu berjalan dengan begitu cepat. Kabut tampak semakin tebal, udara semakin dingin. Satu persatu dari kami mulai pamit untuk tidur, karena waktu menunjukkan telah dini hari.
Lewat aplikasi pemutar musik, ku nyalakan lagu berjudul Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan. Untuk menemani gelap yang jatuh dan pagi yang dingin di Hutan Pinus Limpakuwus.
1 thought on “Kisah-kisah Serius Dari Hutan Pinus Limpakuwus”